foto oleh: Raine Gauthier |
Saya hanyalah seorang pemuda yang baru berubah umur menjadi 19 tahun.
Dari 19 tahun yang dijalani, telah dijumpai
berbagai macam perasaan, meskipun belum semuanya.
Merasakan merupakan alat utama yang dimiliki oleh
seluruh manusia. Namun ada kalanya saya sebagai manusia lupa untuk merasa. Sehingga
akhir-akhir ini terdapat kekosongan yang berujung pada kesedihan terus menerus.
Akhirnya saya menerawang ke dalam memori dan
merasakan kembali perasaan yang pernah dirasa.
Perasaan bahagia. Ketika bibir yang merekah dikelilingi
oleh sobat teman tertawa, ketika mata berbinar saat menonton film idaman, ketika
lidah bergoyang dengan mie ayam Perapatan
Kembang, dan ketika Hati yang
terbuka melihat orang tua bangga.
Perasaan sedih. Ketika air mata menetes bersama darah
dari korban perang Ukraina. Ketika tubuh
lemas melihat teman terkapar kaku. Ketika tangan bergetar menerima SMS
pemberitahuan. Ketika soal tak terjawab karena keangkuhan diri.
Perasaan takut. Ketika bulu roma berdiri di lahan
sepi. Ketika suara hati mati karena kesalahan sendiri. Ketika cinta bertepuk
karena kesamaan ciri. Ketika tak Ingin tampil buruk di hadapan manusia. Dan orang
tua marah karena kelalaian pribadi.
Konon menurut bapak sejarah, Thucydides, Ketakutan merupakan sumber dari segala sumber masalah. Maka
hal rasional yang dilakukan adalah berlomba-lomba untuk menunjukkan kekuatan
pribadi. Namun hati kecil ini berkata ada hal yang lebih pokok untuk diperbaiki,
yaitu kejujuran kepada diri sendiri. Karena pada dasarnya ketakutan adalah
kesedihan yang tak kunjung berubah menjadi bahagia. Kata Efek Rumah Kaca dari
lagunya berjudul “Putih”, untuk mengobati ketakutan diperlukan kejujuran serta
keterusterangan terhadap diri sendiri. Kejujuran dibutuhkan sebagai cara untuk
mengidentifikasi akar dari penyebab ketakutan dan menemukan kembali jalan menuju
kebahagiaan.
Sehingga untuk mengatasi kesedihan yang berlanjut
maka saya berusaha jujur melalui tulisan-tulisan ini.
ARA
Ps: saya sertai link lagu Putih-ERK